21 Juni 2018

PENTING

Dikarenakan sistem yang eror dan sudah  bersusah payah untuk memperbaiki namun hasil tidak memuaskan jadi tolong untuk melanjutkan membaca pada blog baru ku yang lebih baik

Blog Baru : https://windawandhani.wixsite.com/blog

terimakasih untuk yang sudah membaca
silahkan bertanya jika ada pertanyaan

11 Juni 2018

Review : The Ordinary Vitamin C Suspension 23% + HA Sphere 2%







the ordinary

Assalamualaikum semuanya, udah lama banget aku enggak update blog buat review review produk skincare, terakhir aku update adalah tugas buat kuliah....yah kalian tahu lah pastinya sibuk karena tugas menumpuk...... qerja lembur bagai quda..

pada bulan ini beberapa hari yang lalu aku beli the ordinary yang vitamin c 23% yang aku beli di shopee dari schminkhaus cek aja harganya di websitenya ya, ini menurut pendapatku ya bukan karena ada pihak lain...kenapa aku suka beli di schminkhaus karena harganya yang murah dibanding ditempat lain terus entah kenapa datangnya cepet banget dan mereka friendly banget buat membalas chat nya... makanya gue betah belanja disitu.

oke mulai aja ya.......
The Ordinary Vitamin C Suspension 23% + HA Sphere 2% ini ukuranya 30 ml dengan wadah plastik yang finishing warnanya abu-abu satin dari Deciem, made in canada....ya ini memang bukan produk lokal namun dengan harga segitu kualitas mereka luar biasahh. produk ini udah booming sebelum aku beli dan waktu itu aku belum tertarik dan baru baru ini aja aku tertarik. kalau kalian baca dari blog ku yang sebelumnya kulitku termasuk acne prone dan berminyak parahh..



tutupnya bentuk tube dan karena teksturnya kaya agak cair tapi g cair juga sih makanya kalau mau ngeluarin isinya harus calm aja.  pastikan kalau ngeluarin jangan sampai masih ada sisa di ujung lubangnya karena nanti akan menyebar ke tutup yang atas.

dari balik kemasannya dituliskan directionnya, enggak ada claimnya buat apa gitu kan....iya karena informasi lebih lengkap di kemasan kardusnya tapi kardusnya enggak aku sertakan tapi kita bisa liat di website resminya.
di website resminya dituliskan kalau produk ini :
water-free
alcohol-free
oil-free
silicone-free
nut-free
vegan
cruelty-free

Vitamin C adalah antioksidan efektif yang mencerahkan warna kulit dan mengurangi munculnya tanda-tanda penuaan. Produk ini adalah suspensi bebas air dari 23% bubuk L-Ascorbic Acid. Portofolio Vitamin C yang biasa mencakup formulasi berikut:

Directions

Apply a small amount to face in the AM or the PM. Avoid contact with the eyes. A tingling sensation can be expected after application. If the sensation is too strong to tolerate, the formula can be mixed on each application with other creams or serums of your preference.

Ingredients

Ascorbic Acid, Squalane, Isodecyl Neopentanoate, Isononyl Isononanoate, Coconut Alkanes, Ethylene/Propylene/Styrene Copolymer, Ethylhexyl Palmitate, Silica Dimethyl Silylate, Sodium Hyaluronate, Glucomannan, Coco-Caprylate/Caprate, Butylene/Ethylene/Styrene Copolymer, Acrylates/Ethylhexyl Acrylate Crosspolymer, Trihydroxystearin, BHT.




aku kalau pakai produk ini hanya pada malam hari aja ya karena kalau aku pakai pada siang hari akan terlalu mengkilap dan jika kalian pakai produk ini harus pakai sunscreen ya karena ini membuat kulit kalian akan lebih sensitif pada sinar matahari walaupun kalau kalian ga pake produk ini tetap harus pakai sunscreen.

pakai ini tipis tipis aja dan waktu dipakai ada rasa menyegat tapi ya ga menyengat banget sih dikulit aku tapi kalau dikulit kalian raanya menyegat banget bisa dicampur dengan cream yang lain seperti pelembab atau serum. ada tektur agak kasar saat diusapkan namun lama kelamaan akan hilang sendiri dan membutuhkan beberapa detik agar dapat menyerap dengan sempurna
kalau kalian enggak suka dengan tekstur sepert itu kalian bisa pakai the ordinary vitamin c 30% dalam silikon.

awal aku pakai ini paginya ada bruntusan pada sekitar hidung enggak banyak sih bisa dihitung dan cepet hilang, namun lama-kelamaan aku pakai ini enggak ada bruntusan. setelah beberapa hari pakai ini rasanya kulitku lebih halus dan agak cerah beserta bekas jerawatku agak pudar, ini baru beberapa hari pemakaian belum lama jadi ya kemajuannya belum terlalu terlihat karena semua butuh proses. kalau kalian ga tahu HA 2% adalah hyaluronic acid yang fungsinya buat melembabkan kulit.

yang aku enggak suka adalah entah kenapa kalau aku bangun kulitku oily banget ya gimana lagi ya emang kulitku dari sananya mudah berminyak jadi kalau bangun pagi pasti berminyak. aku sangat menghargai banget skincare atau makeup yang no animal testing atau paling ga cruelty-free karena dengan mendapat logo tersebut mereka harus melewati berbagai tahap dan kalian tahu sendiri lah negara yang maju pasti akan lebih disiplin dalam hal-hal yang beginian walau ada beberapa negara yang merasa bahwa animal testing itu adalah wajar, menurut aku sih itu kekerasan pada hewan sih kasihan aja kalau mereka hidup cuma buat uji coba buat manusia.

insyaAllah beberapa minggu kedepan akan aku update lagi tentang hasil dari the ordinary ini 



be happy girls
You were Born to be Real
Not to be Perfect
Xoxo


agar kalian enak buat membaca dengan suasana yang baru 

visit my new blog : https://windawandhani.wixsite.com/blog 

karena di blog ini terjadi kesalahan dan harus saya perbaiki
Terima Kasih 

7 Maret 2018

Busana Tradisional : Kain Tradisional Indonesia Pulau Papua

Raja Ampat



Sekarang sudah diujung Timur Indonesia yaitu pulau Papua. Papua sangatlah khas sekali mulai dari budayanya, penduduknya, makanannya yang biasanya tidak ditemukan pada daerah lain. Dengan ciri khasnya, Papua berhasil mencuri perhatian seperti pakaian yang digunakan oleh mama mama papua, dengan bajunya maka kita akan mengetahui kain khas papua yang unik itu. 



1. Tenun Ikat dari Papua Barat

Motif tenunanya sama dan sebangun dengan produk budaya tenun ikat orang Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ini bisa terjadi karena tanah Papua tampaknya pertama kali muncul di kota Sorong, Papua Barat, yaitu pada suku Maybrat yang merupakan salah satu penduduk asli wilayah kepala burung papua. Sebagian lagi adalah suku Tehit. Sedangkan Suku Moi yang terkenal dengan budaya Tato tubuh mendiami wilayah Sorong timur, khususnya di Pulau Um. wilayah kepala burung ini dimekarkan menjadi provinsi baru dengan nama Papua Barat Daya.

Konon, budaya menenun ini mulai masuk ke Papua Barat sekitar tahun 1700-an yang dibawa oleh para misionaris dan guru dari Timor, NTT. Seni tenun, cara pembuatan dengan teknik tenun ialah memadukan benang pakan dengan benang lungsin dalam satu ikatan dengan alat tenun bukan mesin. Untuk motifnya sendiripun harus izin terlebih dahulu kepada kepala suku karena tidak semua motif kain dapat dijual belikan secara bebas. Motif yang dapat dijual belikan adalah motif Bohirim. 




2. Batik Papua






Batik khas Papua sangat dikenal dengan warna-warnanya yang cerah. Padahal selama ini batik di Indonesia selalu identik dengan warna yang kalem dan juga cenderung gelap. Namun hal tersebut sepertinya tidak berlaku untuk batik khas Papua ini. Warna-warna yang digunakan di batik ini adalah warna cerah serperti merah, hijau, dan juga kuning. Dari segi motif, kebanyakan batik ini menggunakan corak panel, motif khas suku Asmat, burung cenderawasih, dan orang papua. Selain itu, bahan kain yang digunakan juga memiliki kualitas yang tidak diragukan. Namun jika dibandingkan dengan kain batik lainnya, batik dari Papua ini harganya cenderung lebih mahal.

Batik Papua dibedakan menjadi dua macam yaitu Batik Prada dan batik biasa. Batik prada ini merupakan kain batik yang pada setiap motifnya divariasi dengan garis-garis emas. Motif yang digunakan pun sangat beragam dan khas Papua. Sementara itu, batik biasa adalah batik yang tidak menggunakan garis-garis emas. Dari segi harga, Batik Prada harganya lebih mahal daripada batik biasa. Selain menggunakan kain sutra, masyarakat Papua kadang membuat kain shantung untuk membuat batik khas Papua. Kain ini mirip dengan kain tissue, sutra, dan katun.








Winda Septiana Akhir Wandhani
Mahasiswa, PTBBFT

3 Maret 2018

Busana Tradisional : Kain Tradisional Indonesia Pulau Sulawesi

sulawesi


Pulau Sulawesi yang dulunya bernama Celebes menyimpan berbagai keindahan alam dan budaya. Setiap Pulau yang ada di Indonesia memiliki kain tradisisonalnya masing-masing. Mereka memiliki cara dan maksut tersendiri dalam pembuatan kain tradisional karena biasanya kain tradisional sudah turun temurun dari nenek moyang.


1. Kain Koffo dari Sulawesi Utara


Koffo

Ragam Hias Tenun Koffo Sangihe Talaud dibentuk menurut contoh anyaman dan dengan menggunakan teknik tenun pewarna alami dari desa-desa setempat dan menghasilkan motif dekoratif berdasarkan bentuk serta simbol tradisional.

Hasil tenunan kain Koffo dipakai oleh orang Sangihe Talaud baik laki-laki dan perempuan dengan motif yang mirip damask kembang berwarna tunggal.Diatas salana barinya,celana yang panjangnya sampai ketumit,laki-laki memakai baju terusan pajang lurus semacam baju toro yang disebut laku manandu, semakin baju itu menyeret ditanah maka semakin bergengsi pakaiannya.sedangkan pentup kepala yang dipakai adalah paporong atau kain Koffo dengan lajur hias tenun kecil serta dengan melipat lipat ikat kepala sehingga terlihat anggun dan berwibawa.


2. Kain Karawo dari Gorontalo


Karawo

Kain karawo dibuat dengan teknik sulam, kain karawo dikerjakan pada kain dengan menggunakan benang polos maupun warna-warni. Proses pembuatan dengan cara mengiris dan mencabut benang dari serat kain yang sudah jadi. Lalu disulam dengan jarum dan aneka ragam benang sesuai motif yang diinginkan. Istimewanya pembuatan kain ini dilakukan secara manual, dengan menggunakan tangan. Tak heran jika dalam pembuatannya memakan waktu yang lama.

Orang pertama bertugas membuat pola. Caranya dengan menggambar di atas kertas grafik. Kemudian orang kedua bertugas sebagai pengiris atau pengurai benang pada kain yang akan dibuat sulaman karawo. Ini dilakukan sesuai pola yang diinginkan. Sementara itu, orang ketiga bertugas sebagai penyulam kain yang sudah diurai benangnya. Jika pola yang diinginkan begitu rumit, pembuatannya bisa memakan waktu sebulan. 


3. Kain Tenun Sukomandi Dari Sulawesi Barat


sukomandi
 

Tenun Sekomandi merupakan warisan leluhur masyarakat Mamuju, Sulawesi Barat, yang bernilai sejarah dan kaya akan nilai budaya lokal.
Tenun Sekomandi berasal dari leluhur Kalumpang. Daerah ini merupakan wilayah perdagangan yang sangat kaya. Dengan peninggalan arkeologi yang dimilikinya, Kalumpang juga merupakan daerah yang kaya akan sejarah. Daerah ini disebut sebagai pusat awal peradaban di Sulawesi.
 

Tenun Sekomandi ditenun secara tradisional dan menggunakan bahan pewarna dari berbagai jenis tanaman, seperti jahe, lengkuas, cabai, kapur sirih, laos, kemiri, juga beragam dedaunan, akar pohon, serta kulit kayu. Bahan-bahan ini ditumbuk halus lalu dimasak. Untuk mendapatkan warna yg benar-benar bagus, benang direndam berulang-ulang dalam larutan pewarna tersebut setiap hari selama satu bulan (untuk memperkuat warna dan agar warna tidak mudah luntur). Dengan bahan alami yg terbatas dan proses penenunan yang rumit, tenun sekomandi tidak bisa diproduksi dalam jumlah massal sekaligus






4. Lipa Sabbe Dari Sulawesi Selatan

lippa sabe

Sutera Bugis memiliki warna-warna cerah dan motif tie-dye horizontal. Selain memang untuk sarung, juga untuk baju kurung atau sering disebut baju bodo, kebaya dan kemeja laki-laki serta atasan modis dan rok. Motif kain sutra produksi daerah ini ada dua macam, yaitu motif tradisional dan non-tradisional. Motif tradisional atau yang lebih dikenal dengan motif Bugis di antaranya adalah corak kotak-kotak kecil yang disebut balo renni. Sementara itu, corak kotak-kotak besar seperti kain tartan Skotlandia, diberi nama balo lobang. Selain corak kotak-kotak, terdapat pula corak zig-zag yang diberi nama corak bombang. Corak ini menggambarkan gelombang lautan. Pola zig-zag ini dapat diterapkan di seluruh permukaan sarung atau di bagian kepala sarung saja, adapun bagian kepala sarung justru terletak di area tengah sarung, dan sering juga corak bombang ini digabungkan dengan corak kotak-kotak.


Menurut legenda, masyarakat Bugis percaya bahwa keterampilan menenun nenek moyang masyarakat Bugis diilhami oleh sehelai sarung yang ditinggalkan oleh para dewa di pinggir danau Tempe. Dan di desa-desa yang terletak di pinggiran danau Tempe itulah kain tenun Bugis yang sangat bagus itu dibuat. Ada tiga bentuk dan corak kain sutra yang diproduksi oleh pengrajin, yaitu: kain setengah jadi (seperti sarung, baju, dan selendang); kain berbentuk gulungan yang dapat dibeli permeter sesuai dengan kebutuhan; dan pakaian siap pakai (seperti: baju, jas, kerudung, kipas, dompet, dan tempat peralatan rias wajah).








Winda Septiana Akhir Wandhani
Mahasiswa, PTBBFT

28 Februari 2018

Busana Tradisional : Kain Tradisional Indonesia Pulau NTB dan NTT

NTB
Pulau yang berada di timur Indonesia sangat terkenal dengan destinasi alamnya yang begitu indah dan memanjakan mata yaitu Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Disana terkenal dengan hewan yang dilindungi yaitu komodo, selain itu disana memiliki pantai pantai yang indah dan air pantai yang masih bersih. Alam yang begitu dijaga juga membuat para penduduk disana memiliki  kain khas yang diburu para pelancong. 


1. Tenun Ikat dari NTT dari Sumba NTT


sumber : tenun ikat



Tenun ikat Sumba adalah salah satu bentuk dari kekayaan budaya yang dimiliki oleh Provinsi NTT. Tenun ikat Sumba merupakan kain nusantara nan eksotis yang diciptakan oleh para seniman tenun dari Sumba Timur. Tenun ikat Sumba bukanlah kain yang bisa dikerjakan oleh sembarang orang. Proses yang rumit dan panjang untuk menghasilkan satu helai kain tenun ikat Sumba berukuran besar. Hal tersebut dikarenakan seluruh proses pengumpulan bahan dan pembuatan tenun ikat Sumba dikerjakan secara manual.

Kain tenun ikat Sumba juga merupakan kain yang sangat ramah lingkungan karena sepenuhnya terbuat dari kapas. Tenun ikat Sumba juga diwarnai dengan pewarna alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Tidak ada bahan kimia sedikitpun yang digunakan dalam proses pembuatan tenun ikat ini.

Motif dan warna tertentu dalam tenun Sumba juga menunjukkan strata sosial pemakainya. Pada dasarnya, di Sumba, kain tenun dipakai pada upacara adat sebagai lambang penghargaan terhadap suku yang diharapkan dapat menghindarkan mereka dari bencana, roh-roh jahat dan hal-hal buruk lainnya.


2. Kain Sesek dari Lombok NTB


sumber: kain sesek


Kain Sesek adalah salah satu kain tradisional yang berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Kain khas dari suku asli Lombok ini telah menjadi kebanggaan masyarakat sejak ratusan tahun yang lalu.

Kain khas suku asli Lombok ini telah menjadi kebanggaan masyarakat sejak ratusan tahun lalu. Biasa digunakan sebagai baju adat atau hiasan, pembuatan kain sesek masih menggunakan cara tradisional. Benang katun, sutra, marcis, emas, dan perak menjadi bahan dasar pembuatan kain ini. Proses pembuatannya juga terbilang lama. Setidaknya dibutuhkan satu bulan untuk menyelesaikan sehelai kain sesek. Motif yang rumit menjadi alasan utama lamanya proses pembuatan.

Motif yang digunakan pada kain sesek ini dapat berupa rumah tradisional dari suku Sasak, aneka biota laut, lumbung padi, ataupun hewan ternak. Motif-motif tersebut dipilih karena dekat dengan keseharian dari Suku Sasak.

Kain sesek hanya dibuat oleh kaum wanita Suku Sasak. Bahkan, ada sebuah mitos jika lelaki yang membuat kain ini, maka perilaku si pembuat kain akan berubah menjadi seperti seorang wanita. Keahlian membuat kain ini dilestarikan secara turun-temurun. Sejak usia belia, para ibu telah mengajarkan cara membuat kain sesek kepada anak-anaknya.





Winda Septiana Akhir Wandhani
Mahasiswa, PTBBFT








21 Februari 2018

Busana Tradisional : Kain Tradisional Indonesia Pulau Bali


Kecak Bali


Pulau Bali adalah salah satu pulau Indonesia yang terkenal dengan pantai dan kebudayaannya yang kental dengan agama Hindu, selain destinasi pariwisata yang sudah terdengar sampai manca negara dan membuat turis betah disana, Bali juga mempunyai kain khasnya yang begitu kental dengan filosofinya. 


1. Kain Gringsing


Kain Gringsing 


Kain gringsing adalah satu-satunya kain tenun tradisional Indonesia yang dibuat menggunakan teknik teknik dobel ikat dan memerlukan waktu 2-5 tahun. Kain ini berasal dari Desa TengananBali. Umumnya, masyarakat Tenganan memiliki kain gringsing berusia ratusan tahun yang digunakan dalam upacara khusus. Kata gringsing berasal dari gring yang berarti 'sakit' dan sing yang berarti 'tidak', sehingga bila digabungkan menjadi 'tidak sakit'. Maksud yang terkandung di dalam kata tersebut adalah seperti penolak bala. Di Bali, berbagai upacara, seperti upacara potong gigi, pernikahan, dan upacara keagamaan lain, dilakukan dengan bersandar pada kekuatan kain gringsing.

Motif kain gringsing hanya menggunakan tiga warna yang disebut tridatu. Pewarna alami yang digunakan dalam pembuatan motif kain gringsing adalah 'babakan' (kelopak pohon) Kepundung putih (Baccaurea racemosa) yang dicampur dengan kulit akar mengkudu (Morinda citrifolia) sebagai warna merah, minyak buah kemiri berusia tua (± 1 tahun) yang dicampur dengan air serbuk/abu kayu sebagai warna kuning, dan pohon Taum untuk warna hitam. Kain gringsing umumnya memiliki motif yang terinspirasi dari flora dan fauna. 



2. Kain Cepuk Rangrang 

Kain Cepuk 
Kain Cepuk 
Tenun Cepuk Rangrang adalah motif kain tenun hasil karya warga Nusa Penida Bali yang sudah dikenalkan kepada masyarakat luas. Sejarahnya, tenun rangrang ini adalah jenin kain tenun leluhur warga Nusa Penida yang dahulunya hanya dijadikan perlengkapan upacara keagamaan saja.

Tenun Cepuk Rangrang berasal dari kata Cepuk dan Rangrang atau disebut Cepuk bolong-bolong. Cepuk bolong-bolong ini merupakan simbol transparansi.


Tenun Cepuk Rangrang memiliki ciri, pada lembaran kain tenunnya terdapat ruang-ruang kecil berlubang. Sementara motifnya juga beda dengan tenun-tenun hasil karya masyarakat Bali di kabupaten-kabupaten lain seperti dari Klungkung, Karangasem, Jembrana, Tabanan dan lainnya.Di samping desain berlobang dan motif yang berbeda, warnanya pun juga lebih cerah dari tenun lainnya, seperti mendominasi warna merah, orange dan ungu.



3. Kain Bebali


Kain Bebali


Kain Bebali atau yang di Bali Utara lebih dikenal dengan nama wangsul dan di Bali Timur dikenal dengan nama gedogan , terdiri dari dua suku kata, yakni kain dan bebali. Kain, merupakan hasil tenunan yang dipergunakan untuk menutupi tubuh. Sedangkan Bebali pengertiannya upacara. Maka, kain Bebali merupakan suatu hasil tenunan yang dipergunakan untuk kepentingan upacara, sehingga kain Bebali mengandung nilai – nilai dalam kehidupan sosio kultur.

Jenis kain bebali digolongkan menjadi dua yakni bentuk lembaran dan bulat. Cara pembuatannya masih menggunakan cara alami yakni dengan menenun cagcag. Dalam hal pewarnaan, kain bebali menggunakan warna alami. 

Pembuatan kain ini melalui proses lima tahapan dengan jenis dan ragam hias yang beraneka rupa. Meskipun ragam hias kain ini bersifat geometris tetapi kain ini mempunya sisi tidak simetris di sisi kiri dan kanan yang menandakan Rwa Bhineda atau sistem dualistis seperti baik dan buruk, kanan dan kiri, dan sebagainya. Karena keistimewaannya, kain ini cukup sulit ditemukan apalagi untuk dikomersilkan. 


4. Kain Endek 
Kain Endek 


Kain endek mulai berkembang sejak tahun 1975, yaitu pada masa pemerintahan Raja Dalem Waturenggong di Gelgel Klungkung. Kain endek ini kemudian berkembang di sekitar daerah Klungkung, salah satunya adalah di Desa Sulang. Setelah Indonesia merdeka, kain endek semakin berkembang dengan cepat.

Kain endek memiliki motif yang beragam. Bahkan, beberapa motif kain endek dianggap sakral, seperti motif patra dan encak saji. Motif ini hanya digunakan untuk kegiatan-kegiatan di pura atau kegiatan keagamaan lainnya. Adapula motif kain endek yang hanya boleh digunakan oleh orang-orang tertentu, seperti para orang tua dan kalangan bangsawan. Selain itu ada juga motif nuansa alam yang biasa digunakan untuk kegiatan sosial.

Teknik itu dilakukan dengan penambahan coletan pada bagian-bagian tertentu yang disebut dengan nyantri.Teknik nyantri adalah penambahan warna kain endek dengan goresan kuas bambu seperti layaknya orang melukis di kain.









Winda Septiana Akhir Wandhani
Mahasiswa, PTBBFT

20 Februari 2018

Busana Tradisional : Kain Tradisional Indonesia Pulau Jawa

Ngrenehan beach, Wonosari, Gunung Kidul


Pulau Jawa adalah salah satu tempat yang menghasilkan Batik dan sudah ditetapkan bahwa Batik adalah warisan dunia oleh PBB melalui UNESCO, kain tradisional dari Sumatra dan Kalimantan sudah dibahas, mari kita lihat kain tradisional yang dimiliki Pulau Jawa.


1. Lurik Yogyakarta dari DIY


lurik



Kain lurik merupakan kain tenun yang memiliki motif garis-garis searah panjang kain. Kata lurik diambil dari bahasa jawa “lorek” yang berarti lajur atau garis dan dapat pula berarti corak. Kain lurik sendiri memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi terutama di wilayah Yogyakarta dan Jawa tengah Kain tradisional ini diperkirakan ada sejak jaman kerajaan Mataram yang dibuktikan dengan adanya prasasti yang mengenakan kain lurik.

Pada dasarnya lurik memiliki 3 motif dasar, yaitu:
1. motif lajuran dengan corak garis-garis panjang searah sehelai kain
2. motif pakan malang yang memiliki garis-garis searah lebar kain,
3. motif cacahan adalah lurik dengan corak kecil-kecil.
 
Kain lurik terbuat dari bahan serat  kapas,serat  kayu,  serat  sutera,  dan ada juga yang menggunakan serat sintetis. Secara tradisional pembuatan kain ini menggunakan alat tenun ATBM. Proses pembuatan benang pun masih tradisional, dengan cara memintal serat dengan tangan.

Pada awalnya, motif lurik masih sangat sederhana dan warnanya pun masih hitam dan putih atau kedua warna ini di kombinasikan. Dahulu kain lurik ini banyak digunakan masyarakat sebagai pakaian sehari-hari. Untuk wanita biasanya dibuat kebaya, sedangkan untuk pria biasanya hanya sebagai bahan baju pria seperti sorjan. Disisi lain kain lurik juga dibuat sebagai bahan selendang yang berfungsi untuk menggendong tenggok. Selain untuk itu, lurik juga digunakan dalam upacara yang berkaitan dengan kepercayaan misalanya seperti labuhan, mitoni, dll.


2. Batik Betawi dari DKI Jakarta

batik betawi


Ciri khas kain batik Betawi yaitu kain sarung dengan menonjolkan motif khas Tumpal, yaitu bentuk motif geometris segitiga sebagai barisan yang memagari bagian kepala kain dan badan kain. Saat dikenakan, Tumpal harus ada di bagian depan. Motif burung hong juga masuk dalam ciri khas batik betawi sebagai perlambang kebahagiaan. Motif batik Betawi lebih terfokus pada kesenian budaya Betawi yang dipengaruhi oleh budaya Arab, India, Belanda, dan Cina. Motif kuno batik betawi terbagi dari beberapa jenis, yaitu Ondel-ondel, Nusa kelapa, Ciliwung, Rasamala, dan Salakanegara.


Batik betawi sendiri sering digunakan untuk acara-acara betawi, seperti pernikahan, pentas seni khas betawi, dan yang lainnya. Batik khas betawi ini lebih menonjolkan warna yang cerah serta motif batik dari betawi ini lebih menceeritakan tentang nilai dari budaya masyarakat betawi itu sendiri. Motif batik khas betawi ini seperti motif sungai ciliwung, kemudian logo atau boneka khas betawi yaitu ondel-ondel, lalu peta ceila, kemudian juga ada batik dengan motif tumpal, dan masih banyak yang lainnya.Setiap motif batik ini juga memiliki filosofi dan tujuan sendiri-sendiri.

Loreng Ondel-ondel misalnya, motif ini dibuat mengangkat figur Ondel-ondel sebagai boneka yang dapat menolak bala. Motif ini mengandung harapan agar pemakainya mendapat kehidupan yang lebih baik serta jauh dari bala. Biasanya jenis batik Betawi bermotif ini digunakan pada acara besar adat Betawi.

Keunikan lainnya dari batik Betawi adalah, warga Betawi, baik kalangan atas maupun bawah menggunakan motif yang sama, yang membedakan adalan pemilihan bahannya. Untuk kalangan atas, umumnya terbuat dari bahan mori halus cap sen. Sedangkan untuk kalangan bawah, terbuat dari mori kasar atau belacu. Batik Betawi menjadi bahan pakaian yang populer di kalangan penduduk Betawi laki-laki pada akhir abad XIX, terutama di wilayah Betawi Tengah. Mereka menggunakan batik sebagai bahan celana seperti orang-orang Belanda. Selain itu, batik Betawi juga digunakan untuk pakaian sehari-hari, untuk keperluan hajatan (pesta) dan plesiran (jalan-jalan).


3. Batik Indonesia dari Jawa

batik

batik

Batik merupakan warisan budaya nusantara (Indonesia) yang mempunyai nilai dan perpaduan seni yang tinggi, sarat dengan makna filosofis dan simbol penuh makna. Adanya keragaman corak atau motif yang berasal dari daerah-daerah tertentu di Jawa seperti Jawa barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, batik telah didefinisikan dengan berbagai ungkapan yang berbeda-beda walaupun memiliki tujuan yang sama. Seni pewarnaan kain dengan teknik perintang pewarnaan menggunakan malam (lilin) merupakan bentuk seni kuno dari zaman dahulu kala.

Berdasarkan teknik pembuatannya, batik dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis sebagai berikut :


Batik Tulis
Batik tulis dilakukan sepenuhnya oleh keterampilan seorang pembatik, proses pembuatannya diawali dari pembuatan pola atau motif, mengisi pola, hingga pewarnaan.  

Batik Cap
Batik cap dibuat dengan menggunakan bantuan motif batik yang dibuat dalam bentuk stempel atau cap tembaga. Proses pengerjaan batik cap ini adalah cap tembaga diberi malam panas, kemudian distempelkan di atas kain polos, selanjutnya dilakukan secara terus menerus hingga membentuk motif atau pola yang teratur.

Batik Sablon atau Printing
Batik printing dibuat dengan menggunakan motif pabrikan atau motif sablon, yaitu motif batik yang telah dicetak secara otomatis. 

Batik Sablon Malam
Batik sablon malam dibuat dengan cara menyablonkan malam atau lilin secara langsung seperti pada pembuatan batik printing. Batik sablon malam dibuat dengan perpaduan kombinasi batik sablon dengan batik cap. 


Kain yang digunakan untuk membatik adalah kain mori, kain katun, kain serat nanas, kain sutera, kain paris.

Batik Jawa mempunyai ragam motif batik yang berbeda-beda. Perbedaan motif batik Jawa biasa terjadi dikarenakan motif-motif tersebut memiliki makna dan filosofi tersendiri, tidak hanya sekedar gambar saja, namun mengandung suatu makna yang yang luhur bagi mereka yang didapat dari leluhur terdahulu, yaitu penganut dinamisme, agama animisme, atau Hindu dan Buddha.








Winda Septiana Akhir Wandhani
Mahasiswa, PTBBFT






© PETRICHOR
Maira Gall