18 Februari 2018

Busana Tradisional : Kain Tradisional Indonesia Pulau Sumatra

 
Sumatra



Indonesia begitu kaya dengan budaya, negara kita yang terdiri dari beribu-ribu pulau ini patut kita banggakan, kain tradisional indonesia sudah mendapatkan pengakuan oleh dunia seperti kain Batik yang sudah ditetapkan menjadi warisan dunia oleh UNESCO. Semua orang pasti sudah tahu Batik namun bagaimana dengan kain milik Indonesia yang lain ? ada banyak sekali kain khas Indonesia yang belum kita ketahui, sekarang kita membahas kain tradisional dari Pulau Sumatra 

1. Songket Palembang dari Sumatra Selatan 
      
Songket Palembang

Dahulu awal pembuatan kain songket dibuat dari bahan dasar benang emas. Songket merupakan pakaian yang mencerminkan kedudukan seseorang dalam masyarakat di Palembang, ragam hias atau motif pada Kain Songket merupakan hal yang dilihat paling utama. Motif pada Kain Songket memiliki arti atau makna yang dalam sebagai gambaran kebudayaan masyarakat Palembang. 


2. Tenun Siak dari Riau
  
Tenun Siak

Tenun Siak, sebagaimana namanya, merupakan tenunan tradisional yang dihasilkan oleh masyarakat Siak, Provinsi Riau.

Invested $100 in Cryptocurrencies in 2017...You would now have $524,215: https://goo.gl/efW8Ef

Tenun Siak, sebagaimana namanya, merupakan tenunan tradisional yang dihasilkan oleh masyarakat Siak, Provinsi Riau.

Invested $100 in Cryptocurrencies in 2017...You would now have $524,215: https://goo.gl/efW8Ef
Tenun Siak memiliki motif yang merupakan hasil dari sentrilisasi flora, fauna, dan alam sekitar. Dahulu tenun siak dipakai oleh kaum bangsawan dan keluarga kerabat raja, kehalusan dan kerumitan motif tenun siak menunjukkan semakin tinggi tingkat kedudukannya. Pembuat tenun siak harus mengerti arti dari setiap motif yang dibuatnya agar nanti dapat dilestarikan sehingga tenun siak tidak akan hilang.
Tenun Siak, sebagaimana namanya, merupakan tenunan tradisional yang dihasilkan oleh masyarakat Siak, Provinsi Riau.

Invested $100 in Cryptocurrencies in 2017...You would now have $524,215: https://goo.gl/efW8Ef
    
Tenun Siak, sebagaimana namanya, merupakan tenunan tradisional yang dihasilkan oleh masyarakat Siak, Provinsi Riau.

Invested $100 in Cryptocurrencies in 2017...You would now have $524,215: https://goo.gl/efW8Ef
Tenun Siak, sebagaimana namanya, merupakan tenunan tradisional yang dihasilkan oleh masyarakat Siak, Provinsi Riau.

Invested $100 in Cryptocurrencies in 2017...You would now have $524,215: https://goo.gl/efW8Ef

3. Tapis dari Lampung

Tapis

Kain tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistem sulam (Lampung; "Cucuk"). Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan yang digunakan dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya masih sederhana dan dikerjakan oleh pengerajin. Kerajinan ini dibuat oleh wanita, baik ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi waktu senggang dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. 

Hiasan-hiasan yang terdapat pada kain tenun Lampung juga memiliki unsur-unsur yang sama dengan ragam hias di daerah lain. Hal ini terlihat dari unsur-unsur pengaruh taradisi Neolitikum yang memang banyak ditemukan di Indonesia.


Masuknya agama Islam di Lampung, ternyata juga memperkaya perkembangan kerajinan tapis. Walaupun unsur baru tersebut telah berpengaruh, unsur lama tetap dipertahankan.


4. Songket Pandai Sikek dari Sumatera Barat
  
Motif-motif tenun pandai sikek yang berupa cukie (pola yang mengisi bagian-bagian dari kain) dan sungayang (corak keseluruhan kain tenun songket) diyakini sebagai motif asli yang ditenun oleh perempuan-perempuan Pandai Sikek pada masa lampau. Motif-motif kain tenun songket pandai sikek, konon selalu diambil dari contoh kain-kain tua yang sering dikenakan sebagai pakaian pada upacara-upacara adat dan untuk fungsi lain dalam lingkup acara adat sebagai tando dan dipajang pada waktu batagak (mendirikan) rumah. Dalam tradisi yang berkembang di Pandai Sikek, pembuatan kain tenun songket yang dilakukan oleh kaum perempuan.


5.  Ulos Batak Toba dari Sumatera Utara

Ulos Batak Toba
      
Kain ulos adalah kain tenunan suku Batak toba yang sering juga dijadikan oleh-oleh khas dari Toba.Ulos  sering digunakan baik dalam kehidupan sehari-hari dan juga di setiap ritual/upacara adat Batak baik dalam suka maupun duka. Kain ulos memiliki berbagai macam. Motif memiliki berbagai arti yang berbeda dan ada beberapa motif yang hanya dapat digunakan pada bagian tubuh tertentu.


6. Kerawang Gayo dari Aceh

Kerawang Gayo


Kerawang Gayo yang merupakan sebuah simbol kemegahan masyarakat Gayo yang melambangkan prinsip, agama, adat istiadat, kehidupan sosial dan budaya. Hingga kini masyarakat Gayo masih melestarikan kerawang ini.  Kerawang dulunya merupakan ukiran pada rumah Adat Gayo atau Pitu Ruang. Motif ukiran pada kayu inilah yang kemudian menginspirasi ahli seni Gayo untuk membuatnya di sebidang kain dengan cara ditenun, bahkan bukan hanya di kain saja Kerawang yang memiliki corak yang khas dan sarat dengan unsur etnik yang kental telah menghiasi segala macam kerajinan khas tanah Gayo. Gayo sendiri kerawang dipakai saat mengadakan kegiatan, seperti pernikahan, sunatan, hingga acara-acara resmi pemerintah.



7. Tudung Manto dari Kepulauan Riau 

Tudung Manto


Tudung manto merupakan kelengkapan pakaian adat perempuan Melayu Daik, berupa kain tipis penutup kepala yang terbuat dari berbagai jenis kain seperti kain kase, kain sifon, kain sari, dan kain sutera dengan warna tertentu seperti kuning, hijau, merah, hitam dan putih. Ciri khas utama tudung manto adalah hiasan tekat berbagai motif yang dibuat menggunakan kawat lentur seperti benang berwarna perak ataupun emas yang disebut genggeng atau kelingkan. Kelingkan adalah hiasan wajib dalam pembuatan tudung manto, dan tidak boleh diganti dengan bahan hiasan lainnya. Pada zaman kerajaan, bahan pembuatan tudung manto diproduksi sendiri oleh pengrajin tenun dan tembaga di Daik. 

Pembuatan motif harus merujuk kepada segala sesuatu yang ada dalam lingkungan alam Melayu, dan harus mengandung makna tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan oleh pembuat motif. Motif yang dibuat berdasarkan sesuatu yang tidak diketahui atau tidak pernah dijumpai oleh orang Melayu dalam kehidupan mereka, tidak akan diterima oleh masyarakat, dan dianggap sebagai motif yang tidak memiliki makna. Tokoh budaya di Daik mengatakan bahwa ketatnya aturan pembuatan motif hias tudung manto dimaksudkan untuk menjaga motif-motif yang sudah menjadi ciri khas tudung manto.



8. Kain Cual dari Bangka Belitung

Cual
   
Kain cual adalah kain tenun tradisional Bangka Belitung. Kain cual dibuat seperti kerajinan songket, namun yang motifnya adalah tenun ikat. Motif tenun cual antara lain susunan motif corak penuh (Penganten Bekecak), dan motif ruang kosong Jande Bekecak). Cual Bangka dahulu dikenal dengan nama Limar Muntok. Kain cual memiliki beberapa motif, seperti motif kembang gajah, bunga cina, naga bertarung, dan burung hong. Beberapa motif kain cual ada yang dibuat dengan menggunakan benang sutra dan bahkan ada yang dibuat dengan benang emas 18 karat.


9. Kain Lantung dari Bengkulu

kain Lantung

Masyarakat Bengkulu dalam membuat kain lantung tersebut, terlebih dahulu mencari jenis pohon yang kulit bergetah, karena kulit kayu yang mengandung getah tidak mudah rusak. Kemudian batang pohon tersebut dipotong untuk diambil kulitnya sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Proses pembuatan kain lantung sangat sederhana, kulit kayu dikelupaskan dari batang kayu kemudian dipukul-pukul dengan kayu (perikai) sampai tipis dan lebar sehingga dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Untuk mendapatkan kain yang baik dan lembut biasanya kulit kayu yang sudah dipukul-pukul direbus kemudian dijemur ditempat yang terlindung dari sinar matahari langsung.


 Tidak ada motif atau ragam hias dalam membuat baju dari kulit lantung ini. Mereka hanya berprinsip untuk memutup aurat dan melindungi tubuh dari udara dingin. Begitu juga dengan selimut da tali pengikat dari kulit lantung ini. 

Membedakan kain dari kulit lantung yang dipakai oleh laki-laki dan perempuan memang ada, yakni kain laki-laki biasanya membuat pola celana dan baju, sedangkan perempuan membuat rok dan baju yang menutupi seluruh anggota tubuh.


10.Tenun Ikat Inuh dari Lampung 

tenun ikat inuh


Kain Tenun Ikat Tradisional Inuh Lampung adalah salah satu identitas kekuatan produk budaya masyarakat Lampung. Bagi masyarakat Lampung pesisir (beradat saibatin) menggunakan Inuh untuk aktivitas adat istiadatnya. Inuh diyakini bukan hanya sekedar simbol yang mencerminkan kepada identitas dan pelengkap budaya semata tetapi lebih diyakini sebagai kain sakral yang agung (suci) yang dapat melindungi para pemakainya dari kotoran di luar badannya.

Tenun ikat inuh mulanya hanya dipakai perempuan pada acara pernikahan. Perempuan yang memakainya harus istri dari laki-laki tertua dalam keluarga. Di masa itu, tidak semua wanita bisa memakai kain inuh, sedangkan tenun ikat bidak galah napuh dipakai hanya untuk acara adat untuk laki-laki dan perempuan.

Perbedaan kedua kain tenun ini terletak pada motifnya. Tenun ikat inuh memiliki motif lebih beragam berupa tumbuhan, kapal, dan rumah tradisional, sedangkan tenun bidak galah napuh bermotif bintik-bintik kecil yang diambil dari model kulit hewan. Napuh adalah sejenis hewan seperti kancil yang memiliki bintik-bintik kecil pada bagian leher.
 






Winda Septiana Akhir Wandhani
Mahasiswa, PTBBFT

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© PETRICHOR
Maira Gall